Unsur Kebahasaan Dalam Debat
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Unsur
Kebahasaan Dalam Debat
A.
Tujuan Pembelajaran
Setelah
mempelajari kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan:
Kalian
dapat memahami unsur kebahasaan teks debat dengan penuh tanggung jawab, jujur,
dan responsif
B.
Uraian Materi
Sebagai
sebuah kegiatan ilmiah debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa baku
sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir,
baik dalam penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan,
dan kejelaan pengungkapan ide harus diperhatikan.
Berikut
adalah ciri ragam bahasa ilmiah yang harus terdapat juga dalam debat.
1) Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan haryus benar-benar sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa
(pembenetukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf)
2)
Ide yang diungkapkan harus benar
sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat (logis), harus tepat, dan
hanya memiliki satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun, dan sistematis.
Ketepatan pemilihan kata /diksi dan penyusunan kalimat yang efektif.
3) Kata yang dipilih hendaknya kata-kata yang bermakna denotative atau
makna yang sebenarnya.
4)
Penggunaan bahasa daerah atau
asing, bahasa prokem dan bahasa gaul harus diminimalkan.
Simaklah contoh teks debat
berikut ini dengan judul Generasi Instan.
Generasi Instan
Moderator: Saat ini generasi baru telah muncul dengan nama generasi
micin yang berarti anak-anak sudah tidak perlu repot dalam melakukan sesuatu
semua dapat dilalui dengan proses instan. Bagaimana tanggapan kalian?.
Pro: Itu adalah hal yang bagus berarti saat ini anak-anak
telah mampu mengikuti perkembangan jaman dan tidak tertinggal.
Kontra: Apa bagusnya? Saat ini anak-anak lebih memilih yang mudah tidak
ada lagi berkumpul untuk mengerjakan kelompok bersama. Semua dapat dilakukan
melalui media dan ujungnya anak akan terbiasa sendiri tanpa bantuan orang lain.
Pro: Justru bagus, berarti anak-anak mandiri.
Kontra: Namun kita adalah makhluk sosial dan jangan sampai akhirnya
anak-anak berfikir komunikasi tidak penting. Sudah jarang ke luar rumah, di
rumah hanya sibuk depan gadget, laptop atau hal lainnya seperti itu. Terkadang
orang tua tidak ditengok.
Pro: Generasi micin bukan melupakan komunikasi tetapi membuat
komunikasi jauh lebih mudah. Komunikasikan dapat dilakukan melalui media tidak
harus secara langsung. Generasi micin itu generasi modern yang bagus.
Kontra: Lama kelamaan budaya Indonesia yang terkenal ramah dan suka
bergotong royong akan hilang. Semua telah digantikan melalui media, mereka akan
jarang berkumpul dan sibuk membahasnya melalui
gadget.
Pro: Tapi tidak semua seperti itu, masih banyak orang yang mampu
menjadi generasi micin yang keren. Dimana dari bermain melalui gadget sudah
dapat menghasilkan uang dan berkomunikasi tanpa batas dengan orang dari segala
penjuru.
Moderator: Baiklah debat mengenai generasi micin kita akhiri dan
kesimpulan yang dapat saya ambil adalah bahwa saat ini generasi micin memang
sudah tidak dapat dihindari, ada baiknya dihadapi namun tetap dengan bijak dan
tidak melupakan budaya yang ada saat ini.
(https://www.romadecade.org/contoh-teks-debat/#!)
Jika kamu ingin
menyusun teks debat, kamu harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
1) Menggunakan kalimat kompleks
Teks
debat umumnya menggunakan kalimat dengan lebih dari satu struktur serta kata
kerja.
2) Menggunakan konjungsi
Teks debat sering
menggunakan konjungsi untuk menghubungkan kata-kata dan/atau kalimat.
3)
Menggunakan kata rujukan
Teks
debat umumnya merujuk pemberi informasi dengan kata rujukan. Ayo, Coba Baca
Contoh Teks Debat Ini!
Mosi : Larangan memberikan pekerjaan rumah
(PR) bagi siswa
Pro : PR umumnya memberatkan siswa dan menyita waktu yang dimiliki siswa
untuk bersosialisasi dengan anggota keluarga di rumah. Pada saat mengerjakan
PR, siswa juga umumnya menyontek atau bekerja sama sehingga memberikan PR bagi
siswa tidak efisien untuk dilakukan.
Kontra: PR adalah sarana bagi siswa untuk mengulang kembali pelajaran yang
telah ia dapatkan di sekolah. Jika tidak mendapatkan PR, kebanyakan siswa tidak
akan menyentuh buku-buku sekolah di rumah. Dengan begitu, memberikan PR sama
dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan review atas pelajaran.
Karenanya, membuka buku pada saat mengerjakan PR tidaklah sama dengan
mencontek.
Pro : Pada kenyataannya, kehidupan siswa tidaklah melulu soal pelajaran di
sekolah. Siswa juga membutuhkan waktu untuk bersosialisasi dengan teman-teman
sebayanya serta anggota keluarga di rumah. Adanya PR akan memberikan tekanan
bagi siswa yang akhirnya merasa stres. Karena siswa pun akhirnya membuka buku
saat mengerjakannya, PR menjadi tidak begitu fungsional.
Kontra: Ada banyak jenis PR yang dapat dipilih tenaga pendidik yang
mengharuskan siswa untuk mengerjakannya sekaligus bersosialisasi, baik itu
dengan teman sebayanya maupun dengan anggota keluarganya. Dewasa ini, tenaga
pendidik punya banyak akses terhadap sumber yang dapat memberikan variasi
kegiatan atau soal dalam PR yang tidak akan menekan siswa. Karena PR dikerjakan
dengan kebebasan mengakses sumber-sumber lain, maka nilai yang didapatkan siswa
dari PR juga akan membantunya.
C.
Rangkuman
1.
Debat merupakan kegiatan ilmiah
yang dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa
baku sekaligus ilmiah.
Pemilihan ragam ini dilakukan untuk menghindari
salah tafsir, baik dalam penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan,
kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide.
2.
Ciri ragam bahasa ilmiah yang
terdapat dalam debat adalah penggunaan bahasa Indonesia baku baik dari aspek
ejaan maupun tata bahasa, ide yang diungkapkan harus benar sesuai fakta,
logis atau masuk
akal, tidak bermakna
ganda atau taksa, padat, langsung menuju sasaran dan
efektif, serta menghindari bahasa prokem, ragam daerah dan ragam gaul.
3.
Kalimat yang digunakan dalam teks
debat umumnya berupa kalimat kompleks dengan
konjungsi baik koordinatif maupun subordinatif, dan menggunakan kata rujukan.
D.
Penugasan Mandiri
Cermatilah kutipan teks debat berikut
ini, lalu analisislah kaidah kebahasaannya! Tim afirmasi:
Saya
pikir ponsellah yang membahayakan penggunanya. Kita bisa melihat saat ini
ponsel tidak hanya digunakan oleh orang dewasa, tetapi hampir semua umur telah
menggunakan ponsel. Bahkan anak-anak dari tingkat PAUD dan TK juga menggunakan
ponsel. Pengguna di bawah umur inilah yang rentan terhadap penggunaan ponsel.
Selain itu, banyaknya kecelakaan yang terjadi di jalan raya juga disebabkan
oleh pengguna ponsel ketika sedang mengemudi. Mereka seakan kecanduan memeriksa
ponsel mereka di mana saja, termasuk di jalan raya saat mereka mengemudi.
Inilah yang menyebabkan kehilangan konsentrasi dan hasilnya adalah kecelakaan
yang menyebabkan kerugian tidak hanya pada diri sendiri yang bersangkutan,
tetapi juga pihak lain. Itulah sebabnya kita harus melarang para pengemudi
menggunakan ponsel saat mengemudi. Hal ini akan mengurangi jumlah kematian di
jalan raya karena ponsel.
Tim
oposisi:
Anda
mengatakan bahwa ponsellah yang membahayakan pengguna. Ini tidak adil karena
banyak orang di luar sana dapat menggunakannya secara bertanggung jawab.
Pengguna yang tidak bertanggung jawab adalah pembuat masalah itu karena ponsel
tidak akan beroperasi sendiri, perlu seseorang untuk mengoperasikannya. Dalam
kasus kecelakaan mobil, pengguna ponsel yang tidak bertanggung jawab yang
bersalah karena mereka mengoperasikan ponsel saat waktu yang salah. Menanggapi
ide Anda tentang pelarangan membawa ponsel bagi pengemudi tidaklah tepat.
Justru ponsel sangat bermanfaat. Misalnya ketika melihat kecelakaan terjadi,
pengemudi lain dapat secara cepat menghubungi polisi atau ambulans untuk
membantunya. Penelitian juga menunjukkan bahwa ponsel bukanlah penyebab
kecelakaan terjadi di jalan raya.
Namun, kegiatan yang mengganggu konsentrasilah yang menyebabkan kecelakaan .
Ini berarti tidak hanya menggunakan ponsel, tetapi juga melakukan hal- hal lain
seperti menggunakan makeup, menyisir
rambut, atau berbicara juga berbahaya.
Berdasarkan teks di
atas isilah tabel berikut:
No. |
Kaidah kebahasaan |
Bukti
Kutipan |
1. |
Penggunaan konjungsi setara/koordinatif |
|
2. |
Penggunaan konjungsi bertingkat/subordinatif |
|
3. |
Kata rujukan |
|
0 Komentar