BERDEBAT SECARA SANTUN BAHASA INDONESIA KELAS X
Judul Modul :
Berdebat Secara Santun
A.
Kompetensi Dasar
3.12 Menghubungkan permasalahan/ isu, sudut pandang dan
argumen beberapa pihak dan simpulan dari debat untuk menemukan esensi dari
debat
4.12 Mengonstruksi permasalahan/isu, sudut pandang dan argumen
beberapa pihak, dan simpulan dari
debat secara lisan untuk menunjukkan esensi dari debat.
B.
Deskripsi Singkat Materi
Dunia putih abu-abu akan membuat
pergaulan dan wawasan kalian lebih luas, berarti persiapan kalian juga harus
lebih baik dan matang dari SMP. Sudah siapkah kalian? Persiapan kalian yang
utama adalah kalian dalam keadaan sehat sehingga dapat mempelajari modul ini
dengan baik. Pada modul ini, kalian akan mempelajari materi tentang debat,
sistem debat, dan pelaksanannya.
Sering kita mendengar perdebatan yang
sengit di antara dua orang atau kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Adu
argumentasi yang terjadi kadang disertai dengan emosi yang meledak-ledak tanpa
bisa dikontrol. Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya pertengkaran yang
berujung sebuah perkelahian dan baku hantam. Hal tersebut mungkin saja kita
temui melalui kejadian langsung di hadapan kita atau melalui tayangan di media
massa. Betapa bodoh dan memalukannya jika kejadian tersebut menimpa kita.
Sebagai seorang yang terpelajar sudah selayaknya jika senantiasa mengindari
kejadian tersebut.
Bagaimanakah cara terbaik agar kita
terhindar dari kondisi sebagaimana di atas? Cara paling tepat adalah dengan
menguasai tata cara dan etika berdebat. Keterampilan berbicara yang baik sesuai
dengan norma-norma berbahasa dapat menghindarkan perdebatan sengit yang
melibatkan emosi meledak-ledak tanpa kendali.
Pengertian masalah menurut KBBI, masalah
adalah sesuatu yang harus diselesaikan, sedangkan debat adalah pembahasan dan
pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk
mempertahankan pendapat
masing-masing. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menentukan masalah untuk diskusi adalah sebagai berikut: a) Menarik para peserta. Suatu masalah akan menarik peserta apabila bermanfaat, baik bagi peserta maupun masyarakat, mengandung banyak perdebatan, dan actual atau sedang hangat diperbincangkan. b) Sesuai dengan pengetahuan peserta. c) Memiliki kejelasan. Kejelasan suatu masalah dapat dilihat dari gagasan sentralnya maupun ruang lingkupnya. Masalah yang terlalu kompleks dan terlalu luas dapat menyebabkan arena diskusi menjadi tidak berujung, mengambang, dan bertele-tele. d) sesuai dengan waktu dan situasi. Untuk memperoleh pemecahan masalah yang baik, hendaknya masalah diskusi
C. Materi Pembelajaran
Modul ini terbagi menjadi 2 pertemuan, di dalam modul ini
terdapat uraian materi, contoh soal, lembar kerja, soal latihan dan soal
evaluasi.
Pertama
: Esensi Debat
Kedua
: Kaidah Kebahasaan dalam Debat
Modul ini sangat bermanfaat bagi kalian. Kalian dapat lebih
peka memahami keadaan sekeliling kalian. Kepekaan kalian itu akan dapat
digunakan untuk memahami informasi dalam bentuk tabel dan grafik. Jika ada
kata-kata yang tidak dipahami, kalian dapat mencermati glosarium sebagai
gambaran makna katanya. Kalian pasti bisa.
Selamat belajar dan
Tetap Semangat!
Esensi
Kegiatan Debat
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah
membaca dan mencermati isi modul dan mengerjakan pelatihan, kalian diharapkan
dapat menganalisis isi, sistematika dan kebahasaan sebuah proposal, dengan
jujur, penuh rasa ingin tahu, bertanggung jawab, dan responsif.
Debat merupakan pertentangan argumentasi. Untuk setiap
isu, pasti terdapat berbagai sudut pandang terhadap isu tersebut: alasan‐alasan
mengapa seseorang dapat mendukung atau tidak mendukung suatu
isu. Tujuan dari
debat adalah untuk mengeksplorasi
alasan‐alasan di belakang setiap
sudut pandang. Agar
alasan tersebut dapat dimengerti secara persuasif, pembicara dalam suatu
debat seharusnya menyampaikan argumentasinya dengan kemampuan komunikasinya
yang baik.
Debat kompetitif merupakan debat yang menggunakan suatu
format tertentu. Dengan adanya format khusus, setiap orang dapat secara tertib
berbicara pada gilirannya, dan diberikan waktu dan kesempatan untuk membuktikan
poin yang ingin dia sampaikan. Hal ini memberikan
motivasi untuk orang lain, tidak hanya untuk menyampaikan pendapatnya, namun
juga untuk mendengarkan sisi lain dalam sebuah isu.
Terdapat banyak format dalam debat, di
antaranya: format Karl
Popper, format British Parliamentary, format Australasian, format World
Schools, dan lain‐ lain. Yang belum
ditemukan dalam debat kompetitif pada saat ini adalah format debat bahasa Indonesia yang khas dalam
merepresentasikan watak dan budaya Indonesia
Berbagai alasan yang mendorong orang untuk berdebat,
antara lain meyakinkan orang lain bahwa opini dia lebih baik, mendengarkan
opini orang lain terhadap suatu isu, menemukan solusi yang terbaik
untuk suatu masalah, dan lain‐lain.
Tujuan dari debat kompetitif adalah meyakinkan juri bahwa argumentasi‐
argumentasi yang dibangun oleh suatu tim lebih kuat dibandingkan argumentasi
lawannya. Oleh karena itu, individu yang terlibat dalam debat mendapatkan
kesempatan berpikir kritis dan analitis dan mampu berbicara di depan umum.
Debat bukanlah suatu diskusi karena debat tidak menghasilkan kompromi
sebagaimana ditemukan dalam sebuah diskusi. Ketiadaan kompromi tersebut
mendorong pembicara untuk benar‐benar mencari argumentasi yang kuat atas
pendiriannya. Tujuan dari pelaksanaan debata dalah untuk berbicara secara
meyakinkan dan juga mendengarkan pendapat•pendapatyang berbeda, dan di akhir
debat dapat menghargai perbedaan tersebut.
Debat bahasa Indonesia mengadopsi debat dengan sistem
parlementer. Unsur‐ unsur format tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Terdapat dua tim yang berdebat,
masing‐masing tim terdiri dari tiga pembicara yang secara bergilir akan menjadi
pembicara pertama, kedua, dan ketiga.
2.
Salah satu tim akan menjadi sisi
Pemerintah/Positif, yaitu sisi yang mendukung mosi/topik, dan tim yang lain
akan menjadi sisi Oposisi/Negatif, yaitu sisi yang tidak setuju atau tidak
mendukung mosi/topik.
3.
Setiap pembicara akan menyampaikan
pidato substantif yang
berlangsung selama tujuh menit, dengan sisiPemerintah yang maju pertama.
Setelah semua pembicaradari kedua tim menyampaikan pidato substantifnya, salah
satu pembicara dari masing‐masing tim (pembicara pertama atau kedua) akan
menyampaikan pidato pembalas sekaligus penutup kasus, dengan sisi Oposisi yang
maju pertama.
4. Urutan pembicara dalam debat adalah sebagai berikut Pembicara pertama
sisi Pemerintah- Pembicara pertama sisi Oposisi; Pembicara ke‐2 sisi
Pemerintah- Pembicara ke‐2 sisi Oposisi; Pembicara ke‐3 sisi
Pemerintah- Pembicara ke‐3 sisi Oposisi; Pidato pembalas/penutup sisi
Oposisi- Pidato pembalas/penutup
sisi Pemerintah.
5. Ketika pembicara menyampaikan pidato substantifnya, anggota dari tim
lawan dapat mengajukan interupsi.Interupsi dapat disampaikan di antara menit
pertama dan menit ke-6. Interupsi tidak boleh disampaikan dalam pidato
pembalas/penutup. Pembicara yang sedang menyampaikan pidatonya memiliki hak
penuh untuk menerima atau menolak interupsi.
6.
Dalam lomba debat, terdapat
seseorang yang berperan sebagai “penjaga waktu/time keeper” yang berfungsi sebagai pemberi sinyal waktu. Ia akan
mengetuk satu kali pada akhir menit pertama dan menit ke‐6, untuk menandakan
awal dan akhir waktu diperbolehkannya poin interupsi. “Penjaga waktu” juga akan memberikan dua ketukan pada menit
ke‐7 untuk menandakan
bahwa waktu untuk menyampaikan pidato sudah habis dan sebaiknya
pembicara menyelesaikan kalimat terakhirnya. Pembicara yang berbicara kurang
dari 6 menit dianggap
tidak memenuhi waktu
berbicara dan dapat
dikurangi poinnya, sebagai bagian dari
penilaian terhadap unsur
strategi. Pembicara yang masih
berbicara setelah 7
menit 20 detik juga dapat dikurangi poinnya atas dasar alasan yang
sama. Argumentasi atau penjelasan apapun setelah 7 menit 20 detik tidak akan
dihitung oleh juri.
7. Setiap debat dinilai oleh juri dengan jumlah ganjil. Keputusan juri
tidak dapat diganggu gugat.
8.
Setiap tim diberikan waktu 30
menit untuk melakukan persiapan setelah mosi/topik diumumkan. Dalam persiapan
ini, tim tidak diperbolehkanmenerima bantuan dari siapapun (baik pelatih,
guru, teman, maupun
orang tua), dan tidak diperbolehkan menggunakan laptop,
smartphone, atau alat komunikasi lainnya.
Unsur‐Unsur dalam Debat
1.
Mosi/Topik
Mosi atau topik merupakan pernyataan positif yang
akan menentukan arah
dan isi dari suatu debat. Dalam debat, tim yang
ditentukan sebagai sisi Pemerintah/Positif harus berargumentasi
dalam rangka mendukung mosi, sementara tim sisi Oposisi/Negatif harus
menyampaikan argumen dalam rangka tidak mendukung atau menolak mosi tersebut.
Berikut adalah beberapa contoh mosi yang telah digunakan dalam turnamen debat
nasional dan internasional:
a)
Bahwa judi dalam bentuk apapun
seharusnya dinyatakan ilegal.
b)
Bahwa politisi seharusnya
hanya diperbolehkan untuk menempati posisinya dalam
c) periode yang dibatasi.
d) Bahwa profesionalisme telah merusak Olimpiade Olahraga Internasional
e) Sidang mendukung diterapkannya hukuman
mati
f) Bahwa pemerintah seharusnya tidak pernah membatasi kebebasan berbicara
g) Sidang ini mendukung intervensi di Suria
Sebagaimana
dapat dilihat di atas, mosi‐mosi dalam suatu debat dapat berasal dari berbagai
tema seperti isu politik, ekonomi, dan sosial.
2. Definisi
Debat dapat berlangsung dengan teratur apabila setiap
tim memiliki pemahaman yang sama mengenai arti dari mosi.
Oleh karena itu,
dibutuhkan definisi yang jelas
agar setiap orang dapat memahami ruang
lingkup perdebatan. Akan terjadi masalah apabila
dua tim yang sedang berdebat
mengajukan definisi yang berbeda,
sehingga fokus dari debat teralih menjadi tentang definisi yang benar, dan bukan
mengenai
argumentasi‐argumentasi
tentang isu sebagaimana semestinya diperdebatkan. Kedua
tim harus menghindari debat tentang
definisi mana yang benar.
Definisi merupakan pembatasan terhadap suatu mosi agar
isu yang diperdebatkan dapat lebih terfokus. Definisi dapat mengklarifikasi
mosi. Definisi mencegah ketidakteraturan dalam debat yang dapat menjadikan
pertukaran ide dan argumentasi menjadi suatu hal yang
membingungkan, karena ada ketidakjelasan terhadap isu yang didebatkan. Suatu
definisi seharusnya memiliki hubungan yang
logis dengan mosi/topik, dan bukan suatu hal yang dibuat‐buat untuk keuntungan
salah satu pihak. Hak untuk menentukan definisi diberikan kepada tim sisi
Pemerintah/Positif. Tim sisi pemerintah harus memberikan definisi yang
beralasan mengenai mosi. Hal ini berarti:
a) Pada saat menerima mosi, kedua tim harus memikirkanisu apa yang akan
diperdebatkan oleh kedua tim?
b)
Apabila mosinya sudah
menyuratkan isu yang jelas untuk didebatkan, tim sisi Pemerintah/Positif harus
mendefinisikan debat sesuai dengan kata‐kata yang tertulis di mosi. Pada saat demikian, definisi lain tidak
akan diterima secara
logis.
c) Apabila mosinya tidak menyuratkan isu yang jelas, jangkauan definisi
dibatasi pada definisi yang memungkinkan terlaksananya debat yang cukup adil
bagi kedua sisi. Sebaliknya, mendefinisikan mosi yang membuat sisi oposisi
tidak dapat berargumentasi apapun bukan
merupakan suatu debat yang adil.
d) Pada saat mendefinisikan, arti kata‐kata yang digunakan harus tersurat
dan dapat diperdebatkan. Dengan
kata lain, kata‐kata
dalam definisi mempunyai
arti yang logis dan
memberikan ruang debat
yang adil. Pembicara
pertama sisi pemerintah sebaiknya memastikan bahwa definisi yang
diajukan dapat diterima secara rasional.
e)
Saat menciptakan definisi yang
adil, terkadang dibutuhkan
suatu batasan, model ataupun persyaratan. Tim sisi
Pemerintah harus memastikan bahwa batasan, model dan persyaratan tersebut
merupakan suatu hal yang logis dan dapat teraplikasi.
Berikut adalah contoh
definisi:
Mosi: Bahwa kuota bukan
merupakan jawaban untuk kaum perempuan.
Definisi: kuota memberikan jumlah
kursi minimum sebanyak 30% untuk perempuan dalam DPR ‐ bukan merupakan
jawaban: bukan merupakan
solusi yang tepat untuk mencapai
kesetaraan jender di masyarakat. Dengan demikian, keseluruhan definisi adalah:
“Memberikan kuota jumlah kursi minimum sebanyak 30% untuk perempuan dalam DPR
bukan merupakan solusi yang tepat untuk pencapaian kesetaraan jender di masyarakat”.
3. Argumentasi
Setelah definisi disetujui, baik tim sisi
Pemerintah/Afirmatif maupun tim sisi Opoisisi/Negatif harus menyampaikan
argumentasi‐argumentasi masing‐masing mengenai alasan mereka mendukung atau
tidak mendukung topik tersebut. Argumentasi yang disampaikan akan menjelaskan
mengapa suatu sudut pandang tertentu seharusnya diterima. Argumen yang baik
bersifat logis dan
relevan terhadap poin yang ingin dibuktikan. Argumen yang baik terdiri atas:
a)
Pernyataan: pernyataan yang
ingin dibuktikan
b)
Alasan: alasan dan penalaran
yang menyatakan bahwa pernyataan tersebut adalah suatu hal yang logis
c) Bukti: contoh‐contoh atau data yang mendukung pernyataan dan alasan di atas
d)
Kesimpulan: penjelasan
mengenai relevansi antara argumen dan mosi yang tengah diperdebatkan
Sebaiknya
setiap tim memiliki dua sampai empat argumen untuk mendukung posisi mereka.
Argumen‐argumen tersebut sebaiknya dibagi antara pembicara pertama
dan kedua. Dengan demikian, beberapa argumen dijelaskan oleh
pembicara pertama, dan sisanya dijelaskan oleh pembicara kedua. Sedangkan,
pembicara ketiga memperkuat
penjelasan dari pembicara pertama dan kedua dengan menyampaikan kesimpulan
argumen tim serta menambahkan alasan dan data yang relevan.
Berikut adalah beberapa
contoh argumen:
Mosi : Bahwa kuota bukan merupakan jawaban
untuk kaum perempuan.
Definisi: “Memberikan kuota jumlah kursi minimum sebanyak 30% untuk perempuan
dalam DPR bukan merupakan solusi yang tepat untuk pencapaian kesetaraan jender
di masyarakat”.
Argumen berupa:
a)
Pernyataan:
karena memberikan bantuan
seperti ini hanya
akan memperkuat persepsi dalam masyarakat bahwa perempuan tidak mampu
berjuang sendiri.
b)
Alasan: Kini terdapat persepsi yang
kuat dalam masyarakat
bahwa perempuan merupakan
pihak yang lebih lemah
dibandingkan laki‐laki. Banyak
yang menyatakan bahwa perempuan memiliki kemampuan yang lebih rendah
dibandingkan laki‐laki. Pemberian kuota khusus untuk perempuan di parlemen
hanya akan memperkuat persepsi bahwa perempuan hanya dapat sampai diparlemen
apabila mereka diberikan bantuan terlebih dahulu, bukan karena mereka memiliki
kemampuan yang sama dengan laki‐laki dan dapat memenangkan persaingan untuk
menjadi wakil rakyat.
Dengan demikian, mosi ini menguatkan persepsi yang salah,
yaitu bahwa perempuan
tidak mampu sampai pada tingkat
yang setara dengan laki‐laki kecuali diberikan bantuan khusus.
c)
Bukti: Di Uganda, opini publik yang tidak mendukung
pemberdayaan perempuan meningkat pesat setelah diimplementasikannya
kuota parlemen seperti dalam mosi ini.
d)
Kesimpulan: Kuota untuk perempuan dalam parlemen
hanya akan memperkuat
persepsi negatif yang mendegradasi perempuan,
menjauhkan kita dari kemajuan
sosialisasi tentang kesetaraan jender. Apabila tim memiliki lebih dari satu
argumen, harus dipastikan bahwa setiap argumen yang disampaikan bersifat
konsisten dan tidak saling kontradiksi.
4. Sanggahan
Sanggahan
merupakan respons terhadap
argumen tim lawan
yang terelaborasi secara jelas. Sanggahan disampaikan dalam debat guna
membuktikan bahwa argumen tim lawan tidak sepenting yang mereka kemukakan. Sama
halnya dengan argumen, sanggahan yang baik harus memuat alasan, bukti, dan
kesimpulan. Dalam merespons argumen tim lawan,
sanggahan dapat menunjukkan
bahwa argumen tersebut:
a) Tidak relevan terhadap poin
yang ingin dibuktikan
Contohnya:
Argumen: “Prostitusi seharusnya dilarang karena prostitusi
menciptakan lebih banyak situs porno di internet”.
Sanggahan: “Jumlah situs porno di
internet tidak memiliki
hubungan sama sekali dengan
dilegalkannya prostitusi. Kenyataannya adalah situs porno dapat diakses di
banyak negara, terlepas dari negara tersebut melegalisasikan prostitusi atau tidak.
b) Tidak logis
Contohnya:
Argumen: “Siswa seharusnya diperbolehkan untuk merokok di sekolah
karena hal tersebut akan menciptakan perlawanan yang lebih kuat dari perokok
pasif sehingga akhirnya akan terdapat penurunan jumlah perokok di sekolah.
Sanggahan: “Argumen ini tidak logis, karena memperbolehkan siswa untuk merokok
hanya akan menciptakan kondisi permisif yang akan mendorong lebih banyak siswa
untuk merokok. Kenyataannya adalah sebagian besar siswa merokok justru karena
tekanan dari teman sebaya. Apabila sekolah juga mendukung tekanan lingkungan
pertemanan ini, maka fakta bahwa merokok adalah hal yang buruk akan bersifat
kabur dan semakin banyak siswa akan berpikiran bahwa merokok itu baik, dan
mereka juga ikut merokok.”
c) Salah secara moral
Contohnya:
Argumen: “Pemerintah seharusnya mendukung hukuman mati
karena hal tersebut akan menurunkan jumlah populasi di negara kita”.
Sanggahan: “Membunuh orang hanya demi menurunkan angka populasi
merupakan suatu tindakan yang tidak bermoral. Individu memiliki hak untuk hidup
dan pemerintah seharusnya tidak mengambil hak itu hanya
karena mereka sedang kesusahan
dalam mengatur jumlah populasi dalam negeri.”
d) Benar, tetapi tidak penting
atau memiliki dampak yang tidak dapat diterima
Contohnya:
Argumen: “Pemerintah seharusnya melarang MTV karena
terdapat beberapa program yang tidak berhubungan dengan musik.:
Sanggahan: “Memang benar
bahwa beberapa program
MTV tidak berhubungan dengan
musik, namun pemerintah seharusnya
tidak melarang MTV hanya karena
mempunyai program di luar musik. Pemerintah akan mengalami kerugian jika
mengharuskan stasiun TV menyiarkan program yang sama dengan nama stasiunnya.
e) Didasarkan pada fakta yang
salah, ataupun interpretasi yang salah terhadap fakta.
Contohnya:
Argumen: “Tingkat pembunuhan semakin meningkat di AS. Hal ini dikarenakan
beberapa negara telah menghapuskan hukuman mati.”
Sanggahan yang mungkin disampaikan:
1. “Tingkat pembunuhan tidak meningkat di AS. Bukti menunjukkan bahwa…..... ”.
2. “Apabila angka pembunuhan semakin meningkat, hal ini disebabkan oleh
lebih banyaknya pembunuhan yang dilaporkan dibandingkan sebelumnya. Dengan
demikian, secara kenyataan angka pembunuhan sebenarnya tidak meningkat”
3. Bukti menunjukkan bahwa hukuman mati (pembunuhan yang dilakukan oleh Negara) dapat mengindikasikan dukungan terhadap kejahatan yang berat dan justru mengakibatkan peningkatan kejahatan yang berat dibandingkan menurunkannya. Mengingat bahwa waktu dalam debat terbatas, pembicara tidak diharuskan menyanggah setiap poin yang diajukan oleh tim lawan. Sebaiknya pembicara dapat melakukan prioritasi sanggahan yang paling penting.
1.
Debat merupakan pertentangan
argumentasi. Terdapat banyak format dalam debat: format KarlPopper, format
British Parliamentary, format Australasian, format World Schools, dan lain‐lain
2.
Debat bahasa Indonesia mengadopsi
debat dengan sistem parlementer yang terdiri atas dua tim yakni tim pemerintah
atau afirmatif dan tim oposisi. Tim pemerintah adalah tim yang mendukung mosi,
sedangkan tim oposisi adalah tim
yang menolak mosi
3.
Unsur-unsur debat adalah mosi,
definisi, argumentasi, dan sanggahan. Mosi atau topik merupakan pernyataan
positif yang akan menentukan arah dan isi dari suatu debat. Definisi merupakan
pembatasan terhadap suatu mosi agar isu yang diperdebatkan dapat lebih
terfokus. Argumentasi berupa pernyataan, alasan, bukti, dan kesimpulan.
Sanggahan merupakan respons terhadap argumen tim lawan yang terelaborasi secara jelas.
0 Komentar